Sewaktu SMP di sekolah aku tergolong anak yang pintar namun pendiam.
Ada seorang cewek yang ku sukai namanya Rinda, dia cantik dan seorang
Primadona di sekolah dan pastinya banyak cowok yang suka dengannya juga,
begitu juga dengan ku. Rumornya Rinda sekarang sedang Jomblo. Bukan
cuma aku yang menyukai sosok Rinda, tapi banyak cowok yang menyukainya,
akupun memilih menyingkir dari kompetisi itu. Lalu suatu hari ada
seorang cewek, dia murid baru di sekolah tempat ku merintis ilmu,
namanya Narya, dia pun menurutku murid yang pintar.
Saat bel kelas berakhir berbunyi kami pun bergegas keluar
kelas lalu pulang. Aku pikir Narya si murid baru itu mengikuti ku, tapi
ternyata dia tinggal disebelah rumahku, ceritanya tetanggaan gitu.
Sesampai di rumah, aku pun langsung pergi kekamar lalu menghempaskan tubuhku ke ranjang melepas kepenatan lalu tidur.
Saat aku akan berangkat kesekolah, Narya pun menyapaku dengan
senyum manisnya akupun menyambut sapaan nya dengan membalas senyum.
Lalu dia berkata "Bareng yuk" ajak Narya,
"Hah,? Bareng?" jawabku
"Ia, bareng. Mau nggak?"
"Yaudah" jawabku mengiakan, karena kami kan satu sekolah, jadi kenapa nggak.
Sepanjang perjalanan pun kami berbicara banyak hal, anehnya dia tak
pernah menanyakan siapa namaku. Sesampainya di sekolah, kami pun
berpisah lalu memasuki kelas masing-masing.
Saat bel istirahat berbunyi aku pun langsung pergi ke kantin seperti
biasa aku duduk sendirian, lalu Narya pun menghampiriku dan berkata "kok
sendiri?"
"ia, aku biasa sendiri."
"kenapa?"
"suka aja"
"aku temenin ya"
aku diam sambil menikmati hidangan yang ku pesan, dan dia pun duduk di
seberang ku berbatas meja makan. Kami berbincang sebatas pelajaran,
disitu aku mulai akrab dengannya. Lalu kami pun memutuskan belajar
bersama sepulang sekolah dirumahnya.
Pulang sekolah, seperti janji ku kepada Narya, akupun pergi kerumahnya.
Narya pun menyambutku dengan senyum, lalu dia menarik ku menuju ruang
keluarga, disana orang tua Narya sedang menonton TV,
"Pa, Ma. ini temenku"
"oh, ia. Siapa nama mu nak?" tanya ayah Narya
"Ridwan, om"
"oh, Nak Ridwan katanya mau belajar bersama ya?" tanya ibu Narya
"ia, tante"
"bagus, belajar yang tekun ya"
"ia om, tente"
"pa, ma. aku belajar bareng dulu ya." izin Narya
"ia, sering-sering ya Narya belajarnya biar tambah pinter"
"ya deh ma"
aku pun pamit kepada Ortu Narya
"Mari. om, tante."
"ya" jawab ortu Narya.
Sekitar hampir 2 jam sekitar Pukul 5 Sore kami berdua belajar bersama.
Lalu aku pun pulang, tak lupa aku pamit kepada otunya Narya.
Sesampai dirumah, aku pun istirahat sejenak lalu pergi mandi.
Besoknya seperti kemaren aku pun pergi kesekolah bersama Narya. Dari hari ke hari kami pun semakin akrab.
Suatu hari Narya bicara kepadaku
"Hei, aku lihat kamu sering memperhatikan Rinda"
Aku pun senyum,
lalu Narya berkata lagi
"Kamu suka ya sama Rinda, cie cie"
"apaan siih" muka ku memerah
"ciee, muka nya merah tuh"
"hmm, ia sih. udah lama aku suka sama dia. tapi aku ga berani terus terang."
"Kenapa?"
"malu"
"loh, malu kenapa?"
"Gak deh, eh dikelas kamu tadi pelajaran apa?" aku mengalihkan topik pembicaraan.
"hah? kok jadi kesitu sih topiknya.. huuh, gak seru"
Lama kami bicara, kami pun semakin akrab. Narya sudah ku anggap sebagai Sahabatku.
Lalu suatu hari Narya pun bisik-bisik kepadaku,
"Aku punya cara agar kamu bisa mengatakan isi hati kamu kepada Rinda" bisik Narya
"hah, gak usah deh ya" pinta ku
"ahh, kamu gak usah nolak deh.. aku punya ide bagus."
"yaudah deh" jawabku pasrah
"naah gitu dong" kata Narya dengan wajah berseri.
Narya pun menjalankan aksinya.
"Rinda," panggil Narya
"Ya, ada apa Narya?"
Pembicaraan mereka tak bisa ku dengar karena siswa-siswa yang lain sangat ribut.
Lalu tiba-tiba Rinda menghampiriku. Akupun mematung karena gugup
"Ridwan," sapa Rinda
"Y y y, ya?" jawab ku gugup
"Kata Narya, kamu mau ngajak aku nonton?"
"hah," di belakang Rinda, si Narya mengisyaratkan aku menjawab ya.
"i i i ia" jawab ku gugup sekaligus bingung.
"oke, tar malem ya?"
"ya"
"jam 8 aja ya" pinta Rinda
"ii i ia, ia" jawabku
Lalu Rinda pun pergi, tak terlihat lagi dia di pandangan ku. Yang
terlihat hanyalah Bayangan keceriaan karena akan nonton bareng Rinda,
sang wanita idaman.
Jam 8 malam pun tiba. Aku bersiap berangkat untuk menonton bersama
Rinda. Sewaktu di bioskop entah kenapa, aku kepikiran Narya. Ada
perasaan yang mengganjal, sebuah firasat yang kurang enak. Aku pun
memutuskan untuk pulang.
"Rinda, maaf ya. Aku harus pulang duluan. Gak apa-apa ya?"
"Loh?, Kenapa?"
"Aku agak pusing" jawabku beralasan
"ia deh" jawab Rinda.
Aku pun pulang, sesampainya dekat rumah, perasaan ku pun terjawab. Ada
bendera hijau berkibar didepan rumah Narya, aku pun menghampirinya.
Aku bertanya kepada ayah Narya.
"Siapa yang meninggal om?"
Ayah Narya pun mengajak ku masuk kedalam rumahnya
"Narya, sudah terbaring disana"
Aku pun sentak terdiam, rasanya air mata ku hendak jatuh namun tak bisa jatuh. Lalu ayah Narya pun menceritakan
"Narya meninggal tertabrak mobil, saat dia hendak pergi ke bioskop"
Aku pun, mengira-ngira. mungkin Narya hendak memeriksa apakah aku
benar-benar menonton dengan Rinda. Lalu ayah Narya pun memberikan
secarik kertas yang bertuliskan
"Dear Ridwan,
Aku mulai mengenalmu lebih dekat.
Mencoba akrab dengan mu.
Ku harap Saat kau membaca surat ini, kau sudah bahagia dengan seseorang yang kau dambakan.
Maaf, aku belum sempat menyampaikan perasaanku selama ini kepadamu,
Ini kata-kata ku untuk mu,
"Satu yang selalu ku rindu, Senyum dibibir indahmu
Satu yang selalu ku rindu, Nama mu dihatiku"
Makasih ya, karena kamu sudah memberi warna dalam hidupku.
Sejenak, aku pun memejamkan mataku beriringan dengan menetesnya air
mata. Aku pun menyadari hanya Narya yang selalu ada disampingku. Dan aku
pun menyadari betapa aku mencintai dan menyayanginya. Mengapa kau pergi
disaat aku mulai menyadari bahwa aku mencintaimu.
Cerita Real Ku